7 Oktober 2025 - 19:51
Taufan al-Aqsa: Jawaban atas Pertanyaan dan Puluhan Tahun Kejahatan serta Pendudukan

Operasi Taufan al-Aqsa yang dilancarkan oleh kelompok perlawanan Palestina pada 7 Oktober 2023 di bawah pimpinan Hamas, bukan sekadar aksi militer, melainkan simbol kebangkitan rakyat Palestina terhadap lebih dari tujuh dekade penjajahan dan kejahatan rezim Zionis.

Kantor Berita Internasional Ahlulbait -ABNA- Operasi Taufan al-Aqsa yang dilancarkan oleh kelompok perlawanan Palestina pada 7 Oktober 2023 di bawah pimpinan Hamas, bukan sekadar aksi militer, melainkan simbol kebangkitan rakyat Palestina terhadap lebih dari tujuh dekade penjajahan dan kejahatan rezim Zionis.

Pertanyaan “mengapa operasi ini dilakukan?” masih sering muncul, terutama dari sebagian pihak yang menyaksikan kekejaman Israel di Gaza setelah peristiwa itu. Jawabannya terletak pada sejarah panjang penderitaan bangsa Palestina yang dirampas tanahnya sejak 1948, dibantai, diusir, dan diblokade secara kejam, terutama di Gaza yang telah berubah menjadi penjara terbuka terbesar di dunia.

Selama bertahun-tahun, rezim Zionis dengan dukungan penuh Amerika dan Barat menjalankan kebijakan apartheid, menghancurkan rumah warga, menahan anak-anak, dan menyerang Masjid al-Aqsa. Dalam kondisi seperti ini, perlawanan bersenjata menjadi satu-satunya cara bagi rakyat Palestina untuk bertahan hidup dan mempertahankan hak mereka.

Operasi Taufan al-Aqsa — yang mencakup penembakan ribuan roket dan serangan darat di wilayah pendudukan — menjadi simbol keberanian dan kemampuan militer perlawanan untuk mengguncang mitos “kekebalan” Israel. Serangan ini juga menjadi pesan kepada dunia bahwa Palestina masih hidup dan perjuangan mereka belum berakhir.

Dua tahun setelah operasi itu, hasilnya jauh melampaui perhitungan. Dukungan terhadap Palestina meningkat di seluruh dunia, dari jalanan Eropa hingga kampus-kampus Amerika. Rezim Zionis menghadapi krisis ekonomi, gelombang emigrasi warga, dan kehilangan legitimasi internasional. Normalisasi dengan negara-negara Arab berhenti, dan banyak lembaga global menuduh Israel melakukan genosida di Gaza.

Di sisi lain, operasi ini memperkuat poros perlawanan dari Gaza, Lebanon, Irak hingga Yaman. Serangan Hizbullah ke Haifa dan Yaman ke pelabuhan Eilat memukul ekonomi Israel hingga titik krisis. Data terbaru menunjukkan penurunan 85% aktivitas di pelabuhan Eilat akibat serangan Yaman di Laut Merah.

Pemimpin Revolusi Islam Iran menegaskan bahwa Taufan al-Aqsa “menjadi titik balik besar yang menggagalkan proyek Amerika–Zionis untuk menguasai seluruh kawasan.” Serangan itu datang tepat pada saat musuh hampir menyelesaikan rencana normalisasi total dengan negara-negara Arab, dan menghancurkan semua perhitungannya.

Kini, dua tahun setelahnya, Hamas tetap menolak menyerah pada tekanan internasional, menolak pelucutan senjata, dan menegaskan bahwa “selama agresi di Gaza belum berhenti, tidak akan ada kesepakatan apa pun.”

Pada akhirnya, darah para syuhada Gaza telah membuka mata dunia. Taufan al-Aqsa bukan hanya operasi militer, tapi momentum kebangkitan nurani global terhadap kezaliman. Sejarah akan mencatat bahwa di masa benturan antara tentara Tuhan dan tentara kejahatan, bangsa Palestina memilih berdiri di sisi kebenaran — dan dunia mulai terjaga karenanya.

Your Comment

You are replying to: .
captcha